Istri itu Pasangan dan Pendamping Hidup, Bukan Pembantu..Biar Sama-sama Tahu ..
Rabu, 20 Januari 2016
Edit
Di Subuh yang dingin…ku bisai Bunda telah sibuk memasak di dapur.
“Ibu masak apa? ku bantu?”
“Ini masak gurame goreng. Sama sambal tomat kesukaan Bapak” sahutnya.
“Alhamdulillah.. mantab pasti.. Eh Bu.. calon istipsu kayaknya dirinya tidak bisa masak loh…”
“Iya semakin kenapa..?”Legal Anggaran ut Ibu.
“Ya tidak kenapa-kenapa sih Bu.. hanya cerita saja, biar Bunda tidak sedih, hehehe”
“Apa kalian pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah serta lain lain itu keharusan Wanita?”
Aku menatap Bunda dengan tidak paham.
Lalu beliau melanjutkan, “Ketahuilah Nak, itu semua merupakan keharusan Lelaki. Keharusan kalian kelak kalau telah beristri.” katanya sambil menyentil hidungku.
“Lho, bukankah Bunda setiap hari meperbuatnya?”
“Keharusan Istri merupakan taat serta mencari ridho Suami.” kata Ibu.
“Sebab Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Bunda bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama keharusan, namun sebagai wujud cinta serta juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya”
Saya makin bimbang Bu.
“Baik, anandaku sayang. Ini ilmu buat kalian yang mau menikah.”
Beliau berbalik menatap mataku.
“Menurutmu, arti nafkah itu semacam apa? Bukankah keharusan Lelaki untuk menafkahi Istri? Baik itu sandang, pangan, serta papan?” tanya Ibu.
“Iya pasti saja Bu..”
“Pakaian yang bersih merupakan nafkah. Jadi mencuci merupakan keharusan Suami. Makanan merupakan nafkah. Maka kalau tetap berupa beras, itu tetap setengah nafkah. Sebab belum bisa di makan. Jadi memasak merupakan keharusan Suami. Lalu menyiapkan rumah tinggal merupakan keharusan Suami. Jadi kebersihan rumah merupakan keharusan Suami.”
Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku yang cerdas serta kebanggaanku ini.
“Waaaaah.. hingga segitunya bu..? Lalu apabila itu semua keharusan Suami. Kenapa Bunda tetap meperbuat itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?”
“Sebab Bunda juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya. Bunda juga mencari pahala supaya selamat di akhirat sana. Sebab Bunda mencintai Ayahmu, mana mungkin Bunda tega menyuruh Ayahmu meperbuat semuanya. Apabila Ayahmu berpunya mungkin pesuruh bisa jadi solusi. Tapi apabila belum ada, ini merupakan ladang pahala untuk Ibu.”
Related Posts